Friday, September 2, 2011

Fanfic ShinichiShihoRan - Edge of Hope alibi 1

Halo semua.. Aku baca di stats, ternyata lebih banyak yang minta fanfic ya? Dan umumnya tentang ShinAi atau ShinRan. Ada juga ArRan. Ya udah ini ada fanfic bukan punya saya. Aku hanya copas (copy paste) Ga bakat menulis saya. Bisa diliat di fanfic Semuanya Hilang. Jelek banget kan?

Ini adalah Fanfic dengan judul Edge of Hope punya ~MeWTh~. Udah di bilang aku cuma nyolong. Menurutku kisahnya menarik soalnya ada tentang alibi alibinya juga. Dan ini adalah Fanfic tentang Shinichi yang bingung antara menyelamatkan Shiho atau pergi menemui Ran...


"Kita tidak pernah tahu kapan dan dimana mereka ada"
Ketika pintu terbuka lebar terpampang pemandangan yang seumur hidup tidak pernah terbayangkan bahkan dalam mimpi terburuknya.

"Anak-anak sekalian! Ran Mouri besok akan mengakhiri masa lajangnya!"
Conan yang membatu hancur lebur jadi debu.

"Ai-chan suka sama conan-kun ya?"
Nafasnya sesak- dunia disekelilingnya seketika menyempit. kotak kue terjatuh dari pangkuan, tangan memegangi dada yang sakit. Pandangan matanya mulai kabur.

"Apa kau mencintai Ran?"
Shinichi mendengar ancaman yang selalu berhasil membuatnya ketakutan sejak usia 9 tahun. Ancaman yang bahkan harus disensor demi menjaga rating cerita ini.

"Kita akan membakar dan membereskan abunya, seperti kertas ini... Terbakar tanpa sisa"
Ai tersentak. Seluruh indranya menajam. Bau organisasi tercium samar, terbawa oleh angin dan hujan.

"Kak Gin, kakak yakin dia ada di sini?"
Malaikat maut mendekat.

"Aku juga mencintaimu"
Ketenangan telah berakhir

"Shuichi Akai!"
Petir menyambar.

"Shiho... jangan mati dulu"
Ran masih menantinya, menanti Shinichi Kudo.

"Aku... sudah Lelah..."
"Tuhan, jika kau benar ada, cabut nyawaku, sekarang... saat ini, di tempat ini..."
"!"
Teriakan menjadi lagu pembuka sebuah kasus.

"Apakah... Sudah... terlambat?"
Saatnya menyanyikan Requiem
x-x-x-x

Even if I say, It'll be alright
Still I hear you say, You want to end your life
Now and again we try, To just stay alive
Maybe we'll turn it all around
'Cause it's not too late
It's never too late

x-x-x-x

Edge of Hope on Sunday

Nafas pendek menjelma jadi kepulan awan tipis, lalu menghilang dalam ketiadaan di ruang luas yang kosong. Suara detak jantung bagai dentang lonceng kuil, seolah memberi tahu keberadaannya pada pemilik langkah yang berbalut jubah hitam. Meski kedua tangan mendekap dada telanjangnya, degup jantung gadis itu tak juga redam. Punggungnya bersandar tanpa daya ke pilar dingin yang menyembunyikan sosoknya.

Gadis jenius yang setahun lalu tak takut pada apapun, kini tersudut, merapatkan kain terpal kesekeliling tubuhnya, harap dapat hangatkan tubuhnya yang menggigil. Tapi kehangatan itu tidak datang, sama seperti harapan akan datangnya sang penolong.
Langkah-langkah yang berat semakin mendekat.

Di bawah rambut kemerahannya, sepasang mata memandang siluet pria berjubah,penuh ketakutan dan kengerian yang menghentikan nafasnya. Siluet dari laki-laki yang terus memburunya. Bayangan keputusasaan menyelimutinya.

"Kudo..." batinnya merintih. Menangis dan menjerit memohon pertolongan, tapi semua tak terucap. Semua harapan telah hancur sama seperti handphone yang patah di sampingnya. Senyum lirih tersungging "Tidak... dia tidak akan-.. dia tidak boleh datang..."

Ya...Pelariannya telah berakhir.

Gadis itu merasakan pandangan malaikat maut menembusnya.
Mengantarkan kematian pada sang penghianat.

Semua kisah ini berawal dari malam itu. dihari jum'at yang tak kusangka akan membawa kami pada hari minggu yang sangat panjang dan melelahkan

ALIBI 1 

Jumat, 19.45
-Kediaman Keluarga Mouri-
"Jadi..." Conan menekan kiri dan kanan berkali-kali pada controlernya untuk menghindari jebakan yang terpasang. "Seminggu ya?"

Tanpa mengalihkan pandangan pada layar televisi, Ai menyiripkan mata dan menyunggingkan senyum yang bisa membuat Conan bergidik meski tak melihatnya. "Mau bagaimana lagi, aku kan 'anak kecil' " Ai menekan lingkaran, x, segitiga dan x lagi untuk memasang jebakan. "Tak mungkin profesor meninggalkan seorang 'anak kecil' sendirian di rumah sementara dia mengikuti seminar para penemu di Osaka".
"Tentu saja..." Conan terkena ranjau darat yang di pasang Ai. "AKH!..."
"Salahmu sendiri berjalan disitu..." Jari Ai menari-nari di atas controler dengan kecepatan cahaya. "Jadi...apakah aku telah mengganggu kedamaian sepasang kekasih di kantor detektif ini?Kalau begitu maaf " suara sinis Ai sama sekali tidak menyiratkan permohonan maaf. Bahkan dengan sadisnya dia membakar karakter game Conan sampai gosong dan tak berbentuk lagi.
"Player Conan, YOU ARE A LOSER!" ejek karakter Ai dalam layar televisi.

Conan benci sekali game ini."Ada paman Kogoro juga. selain itu... Aku dan Ran bukan pasangan kekasih" Conan mendengus kesal dan melemparkan controlernya ke samping. Wajahnya merenggut. "Belum, tepatnya... yah, apa yang bisa kulakukan dengan tubuh anak kecil seperti ini?" ucapan conan terdengar seperti gumaman di telinga Ai.

Senyum tipis tersungging di bibir sang profesor muda, sangat tipis hingga mata sang detektif tak dapat menangkapnya. "Kemenangan dua kali berturut-turut" Ucap Ai ringan, bahkan terdengar riang. "Kau payah dalam game ya, kudo"

"Bahkan game master akan terlihat idiot di hadapanmu" Conan mengangkat kedua tangannya, melemaskan otot-ototnya yang kaku. "Dan panggil aku conan... -
"
"Benar..." nuansa kelam telah menggantikan riang dalam suara Ai. "Kita tidak pernah tahu kapan dan dimana mereka ada" Controler terlepas dari tangan Ai.

Conan menoleh, menatap Ai yang matanya dipenuhi kecemasan tepat di sampingnya. "Bukan itu maksudku... tapi a-"

Perkataan Conan tidak berlajut demi suara teriakan yang berasal tepat di bawah ruangan kantor detektif . Teriakan yang sering Conan dengar sebagai Lagu pembuka kasus pembunuhan. "!"

Ai dan Conan berpandangan. "Paman Kogoro!" seru mereka bersamaan dengan teriakan "Ayah?" yang terdengar dari dapur.

Ai baru akan berdiri ketika tangan Conan menekan bahunya. "Haibara, kau tunggu disini! Tetap bersama Ran" Dan Ai tak dapat membantah karena Conan sudah melesat ke kantor detektif, tepat ketika Ran keluar dari dapur dengan fry pan di tangannya.

Kudo, maksudmu aku tidak boleh melibatkan pacarmu dalam bahaya kan? Batin Ai tersenyum sinis, dia melangkah cepat menutup pintu yang dibiarkan terbuka oleh conan.

"Ai-chan, kenapa kau berdiri di depan pintu?" nada kesabaran yang lembut tiada dari Suara Ran "Ayah mungkin saja dalam bahaya, aku harus menolongnya!"

"Ta..tapi..." apapun yang terjadi aku tak boleh membiarkannya turun,"Ai-chan, tolong, menyingkir dari pintu!" kecuali kalau...
.
Sementara Itu Conan menyiapkan peluru bius di tangan kirinya sementara kanan tangannya mendorong daun pintu yang setengah terbuka. Dan yang menantinya disana, ketika pintu terbuka lebar, adalah pemandangan yang seumur hidup tidak pernah dia harapkan bahkan dalam mimpi terburuknya.

Berkas-berkas kasus yang sedianya diatas meja kini berjatuhan dilantai, berserak tanpa pola. Pecahan cangkir bertebaran di lantai, dihiasi cairan berwarna kehitaman yang membentuk genangan pekat.

Kogoro terduduk tanpa daya di belakang meja kerjanya. Kedua tangannya lunglai di samping, begitupula kepalanya yang terkulai di sandaran kursi. Matanya yang kosong tanpa kehidupan melihat langit-langit. Dia tak bersuara, dengan wajah berlinangan air mata.

Satu-satunya sumber suara berasal dari TV kecil yang biasa digunakan Kogoro untuk menonton pacuan kuda. "Yoko Okino memilih bungkam ketika wartawan kami mengkonfirmasi langsung ke Hotel Hilton New York tempatnya menginap".

Conan menghela nafas lega. Kantor berantakan adalah ciri khas Kogoro tanpa pekerjaan. Dan dia dapat memastikan bahwa Kogoro masih hidup karena aliran air mata yang sederas sungai Amazon. Well, tidak ada orang mati yang menangis kan? Dan karena genangan pekat itu adalah kopi di dalam cangkir, maka kasus ditutup dengan hasil tidak terjadi sesuatu yang mematikan apalagi berkaitan dengan organisasi.

"Hiks...Hiks... Yoko-chan"sura isak Kogoro setidaknya membuktikan analisis Conan bahwa Detektif Tidur itu masih hidup. Dan alasan kenapa Kogoro Mouri jadi lebih hancur daripada hari biasa diketahui sedetik kemudian dari televisi.

"Pihak manajemen Yoko Okino menjanjikan bahwa Yoko Okino akan langsung melakukan konfrensi pers setibanya di Jepang. Konfrensi pers yang akan membahas mengenai pernikahan Yoko dan mundurnya Yoko dari dunia entertaiment akan diselenggarakan di salah satu hotel dekat Bandara Narita pada hari Minggu pu-!" suara berita tertutup oleh pekik tangis Kogoro. "Yokoooo~ kenapa engkau tega meninggalkan akuuuuuuuu?" Kogoro kembali histeris dan membanjiri kantor detektif dengan air matanya.

Yah, dalam mimpi buruknya, conan tak pernah membayangkan bahwa Kogoro Mouri bisa memeluk televisi sambil menangis seperti bayi dengan mengenakan Jas berpadu boxer.

Conan mengoreksi analisnya... telah terjadi sesuatu yang mematikan bagi kewarasan Kogoro Mouri.
to be continued...

No comments:

Post a Comment