ALIBI 6
Minggu, 16.45
-kediaman keluarga Yoshida-
Ai sedang membantu Ayumi mencuci
piring. Kue pertama buatan Ayumi lebih mirip makhluk mutasi. Walau masih layak
makan, tapiAyumi memutuskan untuk tidak menghidangkannya karena mengandung
kismis yang di benci Conan. Berkat rasa sukanya yang luar biasa pada Conan, Ayumi
menguras semua bahan yang tersisa di kulkas untuk membuat kue lagi yang memakan
waktu 2 jam.
"Apa Conan meyukai kue buatan
Ayumi ya?" tanya Ayumi pada Ai. "Apalagi Ayumi sudah membuat Conan
menunggu lama..." Ayumi kembali teringat saat Conan bolak-balik melihat
jam tangannya.
"Kuenya enak sekali kok
Ayumi" Jawab Ai jujur.
"Tapi kenapa kak Sonoko
langsung pergi padahal belum selesai makan kue?"
"Oh itu..." Ai melirik
dasi kupu-kupu pengubah suara di saku jaketnya. "Pacar kak Sonoko dari
Amerika tiba-tiba pulang dan mengajak untuk bertemu" walau yang sebenarnya
terjadi Ai 'menculik' dasi pengubah suara milik Conan untuk menipu Sonoko.
Berpura-pura jadi Makoto dan mengatakan "Aku akan pulang ke Jepang,
tolong jemput aku di bandara" Dia merasa sedikit bersalah sudah
mempermainkan perasaan Sonoko. Tapi, semua demi Ran.
Ai membilas piring terakhir.
"Conan juga langsung pulang setelah makan kue"
"Itu Karena ingin menamatkan
novel misteri yang baru dibelinya" dengan lancarnya Ai berbohong sambil
mengeringkan piring kaca.
Saat ini kemungkinan besar Conan
sedang berada di rumahnya, rumah keluarga Kudo. Ai dapat membayangkan Shinichi
meminum kapsul sendirian dengan seragam SMA Teitan tergeletak di sampingnya.
Yang pasti jika Conan sudah kembali menjadi Shinichi Kudo akan ada panggilan
masuk ke handphonenya.
Hp Ai bernyanyi. Dia menjauh dari
piring-piring dan Ayumi untuk menjawab telepon dengan privat number.
"Halo..."
"Ai-chan! Bagaimana dengan
Conan-kun? Apa perlu aku pulang awal karena tidak ada yang menemani kalian. Bagaimana
dengan makan malam?" suara cemas Ran langsung meluncur ketika Ai menekan
tombol Yes.
"Conan baik-baik saja, kami
baru selesai makan kue" Ai merendahkan suaranya agar tak terdengar Ayumi.
"Kami bisa makan malam di Poirot kok. Kak Ran tenang saja. Lagipula aku
yakin kakak tidak perlu menerima cinta kak ketua OSIS . Kak Shinichi pasti
datang"
"Menerima cinta?" Ran
balik bertanya. "Maksudmu soal yang tadi pagi? Itu hanya bualan Sonoko
saja" Ran tertawa kecil, Ai bernafas lega karena kalau semua kebohongannya
jadi nyata dunia bisa kiamat. "Lagipula aku tahu Shinichi mungkin tidak
bisa datang" Ai dapat mendengar sedikit harapan dalam suara Ran ketika
mengatakan mungkin.
Jalanan beika, Minggu, 17.13
Ai kembali mendapat telepon tanpa
nomor dalam perjalanan pulang.
"Haibara, sepertinya obatmu
berhasil dengan baik. Dibanding obat yang lalu reaksinya jauh lebih cepat
hingga aku bisa kembali pada tubuh asliku" yang terdengar di seberang
telepon bukan suara anak-anak tapi laki-laki remaja. Shinichi Kudo telah kembali.
Ai memperbaiki tudung jaket yang
menutupi kepalanya. "Kurasa kali ini kau takkan protes kupanggil Kudo
kan?"
"Saat ini, ya. Kau sendiri
bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Soal Ayumi dan Sonoko dan...
Ran?"berputar-putar hanya untuk menanyakan Ran.
"Humm" Ai melirik
bungkusan di tangan kirinya. "Ayumi memberikanku kue buatannya yang lain.
Kurasa kau takkan suka karena ada kismisnya". Bukan hal yang penting.
"Sonoko, kurasa masih menunggu di bandara. Bisa jadi bersama paman Kogoro.
Dan Ran..." Ai terdiam. Apa dia harus mengatakan kebenaran bahwa persoalan
menerima cinta itu bohong. Ai menggeleng. Sudah terlanjur, lebih baik siram
saja minyak ke dalam Api.
"Ran tadi menelponku. Mengabari
akan pulang telat karena mau makan malam dengan si ketua OSIS " sampai
sini yang dikatakannya benar. "Suaranya terdengar pedih..." mulai
dari sini semuanya adalah kebohongan. "Katanya, di makan malam nanti
kemungkinan dia akan menyatakan cintanya lagi. Dan bila Shinichi tidak muncul
juga, dia akan mencoba untuk menerima si ketua OSIS . Lagipula dia sangat
baik,romantis dan perhatian. Plus bukan maniak misteri."
Kesunyian 5 detik diiringi suara
jangkrik.
"APA?" teriakan shock
mengakhiri masa sunyi. "Harus di hentikan!"
"Tentu saja, atau kau berniat
untuk mengalah?" Ai tak mendengar balasan karena telepon sudah ditutup.
Dia pasti kini sedang berlari keluar rumah dengan berapi-api untuk selamatkan
cintanya. Bahkan detektif dari timurpun jadi bodoh kalau berhadapan dengan
cinta.
Ai memasukkan kembali Hpnya ke saku
jaket dan berjalan menyusuri jalanan yang basah dengan langkah perlahan.
Bibirnya menyanyikan sebuah lagu lamat-lamat, tentang batas terjauh dari sebuah
harapan, ujung harapannya. Dan semua harapannya berujung kematian orang yang
dia sayangi. Setelah hari itu, Ai Haibara- Shino Miyano tidak lagi memiliki
harapan. Tidak berani lagi berharap. Dia telah berada dibatas harapannya.
Namun sebelum lagu itu berakhir ,
Hpnya berdering lagi...
"Halo?"
Pada saat yang bersamaan seorang
pemuda dengan seragam SMA Teitan memasang wajah bingung di tengah jalan. Baru 5
menit dia berlarian dengan panik untuk melakukan penyelamatan. Tapi dia
menyadari hal yang sangat gawat, penting dan mendesak.
Dia mengeluarkan HP, menekan radial
lalu menempelkan handphone ketelinganya dan berkata "Hei Haibara... kau
tahu kemana Ran pergi kencan?"
Ya... karena cinta si jeniuspun jadi
idiot.
~MeWTh~
No comments:
Post a Comment