Friday, September 2, 2011

Fanfic ShinichiShihoRan - Edge of Hope alibi 8


Dan akhirnya waktupun bergulir pada pilihan. Hari minggu terpanjang dalam hidupku. Saat aku melakukan sebuah kesalahan yang mengubah seluruh hidupku...

Alibi 8

Minggu

Pukul 18.13
-Tropical Land-

"...silahkan titip pesan setelah bunyi berikut. Piiiiip! Hei Ai kau sekarang ada dimana? Angkat handphonemu. Bukannya kau sendiri yang bilang aku harus lapor sejam sekali untuk memastikan kondisi tubuhku?"Shinichi mengakhiri panggilan yang ke 13 ke nomor Ai. Dia sudah mencoba menelpon ke kediaman Mouri, tentu saja dengan nomor Conan , tapi hingga 7 kali juga tidak ada yang mengangkat.

Bukannya Ai yang menelpon balik, dia justru mendapat email nggak penting dari Genta.
Aku dapat ikan banyak. BANZAI! Tadi siang aku juga bertemu dengan paman Takagi dan tante Miwako, ada 2 atau 3 polisi bersama mereka. Apa mungkin ada kasus? Tapi antara ikan dan kasus aku memilih ikan! Oh ya, kalau misalnya kau lapar, datang saja ke tempat pemancingan. Kami sedang barbekyu ikan di sini!
Ps: aku melihat mobil keren berwarna hitam, kata Ayah itu mobil antik.. namanya poruchi. Pemiliknya pasti orang kaya! Hebat kan analisisku.

Meskipun dia memang lapar dan jarak dari Tropical Land ke tempat pemancingan hanya 30 menit, tapi tidak mungkin dia membandingkan Ran dengan beberapa ekor ikan. Lagipula sekarang dia sedang dalam tubuh Shinichi. Tapi... Poruchi? Apa mungkin maksudnya Porche?Tidak mungkin, Ai pasti sudah bisa menciumnya kalau orang itu ada di Beika.

Lalu datang telepon dari orang yang sangat amat tidak dia harapkan. "Hei Kudo, benar kau akan dicampakkan Ran?"suara penuh belas kasihan (yang tetap saja terdengar bersemangat) ala Heiji Hattori mengiris harga dirinya.

"Tidak, kalau aku bisa menemukannya sebelum jam tujuh"Jawab Shinichi dengan suara dewasanya. Heiji bersuit keras"Wah, Kudo... kau minum penawar toxin bodoh itu ya?"

"Apotoxin 4869, sampai kapan kau mau meremehkan organisasi?"koreksi Shinichi. "Dan sekarang kau sedang menyiakan..."Shinichi melirik jam tangannya "Sisa 57 menitku yang berharga".

"Ow, jadi kau belum menemukan Ran? Kalau begitu kurasa aku bisa melihat detik-detik kau melamar Ran. Atau mungkin dicampakkan?" suara riang yang tak tersembunyikan. "Kalau tidak salah, Ran ada di salah satu bagian tropical Land kan? Itu sekitar 40 menit, yak, kurasa aku masih bisa datang dan membantumu."

Shinichi mengernyitkan dahinya "Aku tidak butuh bantuanmu dan... Tunggu dulu. Dari Osaka ke Tokyo tetap saja butuh waktu lebih dari satu jam"

"Siapa bilang aku di Osaka. Aku dan Kazuha baru saja selesai nonton konser musik memoar of Beethoven di concert Hall ..." Heiji berhenti bicara sebentar, mengeluarkan satu-dua kata Osaka yang Shinichi tidak tahu artinya. Suara bergemerisik disambung suara keras Heiji"Ah, sial! Aku ragu apa bisa sampai disana tepat waktu"

"Kau tidak perlu datang!"dan Shinichi serius dengan ucapannya "Dimana Kazuha sekarang?" Niat Shinichi untuk menanyakan tempat makan malam Ran pada Kazuha tercium Heiji.

"Kazuha masih di toilet. Dan kurasa dia juga tidak tahu tepatnya keberadaan Ran. Kenapa kau tidak tanyakan ke Sonoko?"

Shinichi tahu menanyakan Sonoko itu sia-sia. Sonoko mungkin sudah bergabung dengan Kogoro di Narita, menanti Makoto Kyogoku yang tak akan datang.

Terbayang lagi Ai saat menipu Sonoko lalu mencuri Hpnya dengan kecepatan tangan dewa. "Nah, sekarang dia tidak akan mengganggu lagi..." ucap Ai dengan senyum setannya. Conan bergidik. Tentu saja, Sonoko tidak bisa dihubungi karena Hpnya sudah beristirahat dalam damai di tong sampah keluarga Yoshida. "Hei kenapa kau diam? Terganggu hujan juga?"

"Di sini belum hujan" Shinichi mengutuk langit,ia berharap sebaliknya,supaya kencan Ran kacau. "Dan..." Shinichi dalam dilema untuk meminta bantuan rival terbesarnya. Tapi, Heiji adalah manusia yang jauh lebih tidak sensitif ketimbang dirinya. Tidak masalah. "Aku Mohon, jangan datang"

Shinichi menutup teleponnya. Dan detik dia mengakhiri panggilan menyebalkan itu, sebuah panggilan baru masuk.

"Apa maksudmu menelponku berkali-kali? Aku harap kau tidak rindu padaku" Suara anak-anak dengan nada yang sangat dewasa menusuk telinganya.
 
"Haibara, apa kau tidak apa-apa?" kecemasan tersampaikan dalam suaranya.

"Apa maksudmu dengan tidak apa-apa?"

"Aku menelepon ke HPmu, rumah bahkan kantor detektif Mouri, tapi kau tidak mengangkat. Dan aku bertanya pada pemilik Cafe Poirot, katanya kau belum pulang."

"Aku baru saja mandi. Dan satu lagi... aku ada di rumah profesor Agasa untuk menonton, jadi..."Ai terdiam.

"Haibara?"
Tidak ada jawaban.

"Haibara..."
Masih tidak ada jawaban.

"Haibara!"

"Aku tidak tuli!" balas Ai tak kalah keras. "Aku hanya sedang melihat keluar jendela"

Conan tidak tahu harus lega atau kesal. "Apa yang kau lihat?" entah kenapa dia jadi ingin bertanya.
"Orang-orang berlarian, menyingkir dari jalan yang kosong. Hampir semuanya memeluk payung berwarna mencolok di dada mereka, padahal... " Ai terdiam. "Sepertinya aku ketinggalan trend lagi" terdengar desahan nafas dalam suara ketusnya.

Conan merasa sangat rugi telah mencemaskan Ai. "Aku hanya ingin melaporkan kalau obatmu sampai sekarang masih berfungsi dengan baik"

"Tentu saja. hal seperti itu tak perlu di laporkan" jawaban angkuh sang profesor menghantamkan godam pada kesabaran Shinichi. Memangnya siapa yang menyuruhku?

"Kalau reaksi kapsulnya mulai menghilang atau kau sekarat, silahkan hubungi aku. Tapi kalau sekarat, mungkin lebih baik kau telepon ambulans saja" Shinichi dapat mendengar Ai tertawa lewat hidungnya. Makhluk menyebalkan!

Panggilan berakhir. Namun Shinichi hanya mendapat waktu 5 menit untuk berkonsentrasi untuk menemukan Ran karena lagi-lagi pesan singkat masuk ke Hpnya. Dari Mitsuhiko.
Conan! Concert hall keren, banyak bule di sini. Ada tante bule yang rasanya aku kenal. Terus, Ada paman bertopi rajut hitam yang ngomong pakai bahasa Inggris. Dia duduk di depanku dan tidur sampai pertunjukan Beethoven itu hebat! Aku penasaran apa sekarang dia sudah bangun. Aku juga melihat kakak berkulit hitam yang bicara pakai bahasa Jepang aneh! Apa dia orang Jepang?

Tak perlu analisis untuk mengetahui kalau orang berkulit hitam yang dimaksud Mitsuhiko adalah Heiji Hattori dan logat Osakanya. Dan orang bertopi rajut... Conan menyingkirkan bayangan Shuichi Akai. Banyak orang yang menggunakan topi rajut. Baru saja Shinichi menutup HPnya, Hpnya kembali bernyayi. Shinichi baru saja akan menolak telepon ketika dari layar terpampang nama ibunya. Memberikan kilasan selebaran pencarian ala koboi "ACCEPT OR DIE!".

"SHINICHIIIIII!"Teriakan Yukiko dengan cara yang ajaib mengembalikan kewarasan Shinichi. Ada ibu! Plan B : Aku bisa memanfaatkan ibu untuk menghentikan kencan Ran tanpa harus menemuinya! Batin Conan berteriak girang.

"Shin ...kresk..krsek..ichi!" suara ibunya terdengar bergemerisik. Gangguan sinyal? Tapi kalau sekarang ibunya sudah ada di Jepang, gangguan sinyal itu seharusnya tidak ada. Kecuali... "Maaf, tapi ternyata ibu tidak bisa sampai di Jepang!"

Batu kegagalan rencana B menjatuhi Conan. Suara ibunya kini berbalik menghilangkan kewarasannya satu persatu. "Maaf, semua penerbangan ke Jepang sejak kemarin ditiadakan karena badai! Ibu sama sekali tidak bisa membantumu. Sekarang, gunakan segala usahamu! Kalau sampai Ran tidak jadi menantu ibu kau akan...#&*/+0_-x*7! dst" Dan Shinichi mendengar ancaman yang selalu berhasil membuatnya ketakutan sejak usia 9 tahun. Ancaman yang bahkan harus disensor demi menjaga rating cerita ini.
 
"Selamat berjuang sayang!" meski di akhiri dengan pemberian semangat, tetap saja wajah pucat karena ancaman sang ibu tak lenyap.

Shinichi melihat jam tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul 6 lewat 25 menit. Waktunya tinggal setengah jam lagi. Dan tiba-tiba makhluk paling tak masuk akal muncul dibenaknya. Dengan ringannya dia menekan radial.

"Kau tahu dimana Ran akan makan malam kan? Aku sudah mengecek tempat kami makan malam dulu, tapi sudah penuh dan tidak ada kursi dipesan atas nama si ketua OSIS ataupun Ran sampai 1 jam ke depan. Jadi dia ada di-"

"Jangan langsung mengomel begitu tersambung" nuansa judes di suara Ai tak berkurang, meski matahari tertutup awan. "Jadi..."

"Apa kau tahu dimana Ran akan makan malam?"

Ai menjawab dengan cepat "Salah satu tempat makan di Tropical Land"

"Maksudku nama tempatnya. Semalam kau ada membicarakannya dengan Ran kan?"

"Oh itu..." mendengarnya semangat Shinichi meningkat 1 derajat. "Tidak tahu"berkat follow up yang manis, semangat turun 100 derajat.

"Selain itu apa kau tidak merasakan apapun belakangan ini?" Shinichi sedikit cemas dengan sesuatu.

"Tidak" singkat, jelas dan padat. Khas Ai banget.

"Oh begitu. Kelihatannya Aku dan Ran akan pulang telat. Jadi tutup saja seluruh pintu dan jendela, juga hati-hatilah pada orang asing"

"Aku bukan anak kecil! Lagipula bagaimana kau tahu kau dan Ran akan pulang telat. Keberadaannya saja tidak kau temukan"

"Karena itu, beritahu aku.." Shinichi merasakan frustasi mulai menggerogoti dirinya. "Aku tidak tahu kenapa otakku tidak mau bekerjasama sekarang, kemampuan analisaku, bahkan aku merasa jadi orang paling idiot sekarang"untuk pertama kalinya, Shinichi menunjukkan sisi lemahnya pada Ai.

"Maaf,Aku benar-benar tidak tahu Kudo." Suara Ai melemah, nyaris tidak terdengar "Ah, Yoko akhirnya keluar, Konfrensi pers Yoko Okino sudah dimulai. Paman Kogoro terlihat histeris. Maaf... tapi aku akan sibuk menonton jadi jangan telepon aku lagi."

Telepon ditutup tanpa basa-basi.

Tidak ada simpati apalagi empati. Kau tidak bisa mengharapkan apapun pada makhluk berdarah dingin yang dibesarkan dalam organisasi hitam. Sebelum Shinichi mendapatkan kata yang tepat untuk julukan Ai, Sebuah email datang, menjadi cahaya penyelamat bagi laki-laki yang hari ini dirudung teror dan malang.


Jam 7 tepat. Di 1241 O
Alamat emailnya tersembunyi, tapi Shinichi mengetahui pasti siapa pengirimnya. Bibirnya tersenyum kecut, orang itu... dia menatap layar handphone "terima kasih,..."

"JDER! Petir saling bersahutan menutupi perkataan Shinichi, kilat memberikan latar cahaya pada sosok Lelaki yang kini berlari dengan sekuat tenaga. Langit Memberinya semangat dengan tetes hujan yang perlahan turun.

... Pada saat bersamaan disuatu tempat...
"Dasar bodoh. Apa yang hati-hati pada orang asing? Kau kira usiaku berapa?" Di sini seorang gadis remaja berambut merah mematahkan Handphone di tangannya. "Dan bisa-bisanya dia putus asa. Kudo bodoh" Dasi pengubah suara tergeletak di sampingnya. "Semua sudah terlambat ya?" senyum tersungging, matanya menerawang langit-langit. "Shiho Miyano bukan manusia, hanya alat organisasi. Dari awal aku tidak punya waktu, aku tidak berhak atas kata terlambat"
Mata itu terpejam.

"Aku... lelah..."
Petir kembali menyambar.
..."JDERRR!"...

Dua tubuh tampak bersinar karena kilat yang bersahutan. "Kak Gin, kakak yakin dia ada di sini?" Vodka melihat bangunan yang akan rubuh di hadapannya.

"Ya... dia meringkuk di dalam sana. Menunggu kita untuk ditemukan, untuk dilenyapkan" Gin mematikan rokoknya.

"Penghianat, aku datang..."
to be continued...
~MeWTh~

A/n : Ah, untuk pertama kalinya MeWTh nulis cerita yang angst tanpa humor... (bahkan L's Requiem /Death note fanfiction/ aja cinderella ama bleach bisa lalu lalang. Gak angst). ... (ditulis waktu baca ulang alibi9)

Ok. Saatnya detective corner,mew~ Coba jawab pertanyaan ini

1. Shinichi berlari ke mana dan karena apa? Ke tempat makan terdekat karena terdesak lapar, ke pemancingan untuk bakar-bakar ikan dengan Genta, Toilet(kebelet pipis) atau ke tempat Mitsuhiko untuk ikutan denger konser musik dan menghajar Heiji? (yang pasti alasannya bukan yang di dalam option,mew~). menemui Ai atau Ran,mew~? Dan kenapa,mew~?

2. Apa yang akan dikatakan Shinichi pada Ran? (Jadi kayak lomba kata-kata romantis,mew...trully, MeWThlemah ama hal2 romantis. So,help mew~)

3. gak kalah pentingnya. Dimana Ran berada dari 7 option yang ada?
5il4hk4n m3nj4w48,M3W! Wajib jawab lho, walau hanya satu saja dari 3 pertanyaan wajib diatas. Ngga perlu pake analisis,Mew~

Clue udah mew sebar ,just find it,mew~. Pastikan sudah menjawab sebelum membaca Alibi 9. Dan... lihat seberapa peka sense detektifnya, mew~.
Jangan nyontek jawaban, mew~;) Selamat beranalisis!

Next, ketika Romance dan Angst berpadu dalam balutan misteri, ketika tiap detik penantian, harapan dan keputusasaan bersatu. Satu pilihan akan menyelamatkan satu harapan dan menghancurkan harapan yang lain.
Its the true place called Edge of Hope. the longerst page. full of waiting, tears, and hope... also death?

No comments:

Post a Comment