Dan
akhirnya waktupun bergulir pada pilihan. Hari minggu terpanjang dalam hidupku.
Saat aku melakukan sebuah kesalahan yang mengubah seluruh hidupku...
Alibi 8
Minggu
Pukul 18.13
-Tropical Land-
"...silahkan titip pesan
setelah bunyi berikut. Piiiiip! Hei Ai kau sekarang ada dimana? Angkat
handphonemu. Bukannya kau sendiri yang bilang aku harus lapor sejam sekali
untuk memastikan kondisi tubuhku?"Shinichi mengakhiri panggilan yang ke 13
ke nomor Ai. Dia sudah mencoba menelpon ke kediaman Mouri, tentu saja dengan
nomor Conan , tapi hingga 7 kali juga tidak ada yang mengangkat.
Bukannya Ai yang menelpon balik, dia
justru mendapat email nggak penting dari Genta.
Aku dapat ikan banyak. BANZAI! Tadi
siang aku juga bertemu dengan paman Takagi dan tante Miwako, ada 2 atau 3
polisi bersama mereka. Apa mungkin ada kasus? Tapi antara ikan dan kasus aku
memilih ikan! Oh ya, kalau misalnya kau lapar, datang saja ke tempat
pemancingan. Kami sedang barbekyu ikan di sini!
Ps: aku melihat mobil keren berwarna
hitam, kata Ayah itu mobil antik.. namanya poruchi. Pemiliknya pasti orang
kaya! Hebat kan analisisku.
Meskipun dia memang lapar dan jarak
dari Tropical Land ke tempat pemancingan hanya 30 menit, tapi tidak mungkin dia
membandingkan Ran dengan beberapa ekor ikan. Lagipula sekarang dia sedang dalam
tubuh Shinichi. Tapi... Poruchi? Apa mungkin maksudnya Porche?Tidak mungkin,
Ai pasti sudah bisa menciumnya kalau orang itu ada di Beika.
Lalu datang telepon dari orang yang
sangat amat tidak dia harapkan. "Hei Kudo, benar kau akan dicampakkan
Ran?"suara penuh belas kasihan (yang tetap saja terdengar bersemangat) ala
Heiji Hattori mengiris harga dirinya.
"Tidak, kalau aku bisa
menemukannya sebelum jam tujuh"Jawab Shinichi dengan suara dewasanya.
Heiji bersuit keras"Wah, Kudo... kau minum penawar toxin bodoh itu
ya?"
"Apotoxin 4869, sampai kapan
kau mau meremehkan organisasi?"koreksi Shinichi. "Dan sekarang kau sedang
menyiakan..."Shinichi melirik jam tangannya "Sisa 57 menitku yang
berharga".
"Ow, jadi kau belum menemukan
Ran? Kalau begitu kurasa aku bisa melihat detik-detik kau melamar Ran. Atau
mungkin dicampakkan?" suara riang yang tak tersembunyikan. "Kalau tidak
salah, Ran ada di salah satu bagian tropical Land kan? Itu sekitar 40 menit,
yak, kurasa aku masih bisa datang dan membantumu."
Shinichi mengernyitkan dahinya
"Aku tidak butuh bantuanmu dan... Tunggu dulu. Dari Osaka ke Tokyo tetap
saja butuh waktu lebih dari satu jam"
"Siapa bilang aku di Osaka. Aku
dan Kazuha baru saja selesai nonton konser musik memoar of Beethoven di concert
Hall ..." Heiji berhenti bicara sebentar, mengeluarkan satu-dua kata Osaka
yang Shinichi tidak tahu artinya. Suara bergemerisik disambung suara keras
Heiji"Ah, sial! Aku ragu apa bisa sampai disana tepat waktu"
"Kau tidak perlu
datang!"dan Shinichi serius dengan ucapannya "Dimana Kazuha
sekarang?" Niat Shinichi untuk menanyakan tempat makan malam Ran pada
Kazuha tercium Heiji.
"Kazuha masih di toilet. Dan
kurasa dia juga tidak tahu tepatnya keberadaan Ran. Kenapa kau tidak tanyakan
ke Sonoko?"
Shinichi tahu menanyakan Sonoko itu
sia-sia. Sonoko mungkin sudah bergabung dengan Kogoro di Narita, menanti Makoto
Kyogoku yang tak akan datang.
Terbayang lagi Ai saat menipu Sonoko
lalu mencuri Hpnya dengan kecepatan tangan dewa. "Nah, sekarang dia tidak
akan mengganggu lagi..." ucap Ai dengan senyum setannya. Conan bergidik.
Tentu saja, Sonoko tidak bisa dihubungi karena Hpnya sudah beristirahat dalam
damai di tong sampah keluarga Yoshida. "Hei kenapa kau diam? Terganggu
hujan juga?"
"Di sini belum hujan"
Shinichi mengutuk langit,ia berharap sebaliknya,supaya kencan Ran kacau.
"Dan..." Shinichi dalam dilema untuk meminta bantuan rival terbesarnya.
Tapi, Heiji adalah manusia yang jauh lebih tidak sensitif ketimbang dirinya.
Tidak masalah. "Aku Mohon, jangan datang"
Shinichi menutup teleponnya. Dan
detik dia mengakhiri panggilan menyebalkan itu, sebuah panggilan baru masuk.
"Apa maksudmu menelponku
berkali-kali? Aku harap kau tidak rindu padaku" Suara anak-anak dengan
nada yang sangat dewasa menusuk telinganya.
"Haibara, apa kau tidak
apa-apa?" kecemasan tersampaikan dalam suaranya.
"Apa maksudmu dengan tidak
apa-apa?"
"Aku menelepon ke HPmu, rumah
bahkan kantor detektif Mouri, tapi kau tidak mengangkat. Dan aku bertanya pada
pemilik Cafe Poirot, katanya kau belum pulang."
"Aku baru saja mandi. Dan satu
lagi... aku ada di rumah profesor Agasa untuk menonton, jadi..."Ai
terdiam.
"Haibara?"
Tidak ada jawaban.
"Haibara..."
Masih tidak ada jawaban.
"Haibara!"
"Aku tidak tuli!" balas Ai
tak kalah keras. "Aku hanya sedang melihat keluar jendela"
Conan tidak tahu harus lega atau
kesal. "Apa yang kau lihat?" entah kenapa dia jadi ingin bertanya.
"Orang-orang berlarian,
menyingkir dari jalan yang kosong. Hampir semuanya memeluk payung berwarna
mencolok di dada mereka, padahal... " Ai terdiam. "Sepertinya aku
ketinggalan trend lagi" terdengar desahan nafas dalam suara ketusnya.
Conan merasa sangat rugi telah
mencemaskan Ai. "Aku hanya ingin melaporkan kalau obatmu sampai sekarang
masih berfungsi dengan baik"
"Tentu saja. hal seperti itu
tak perlu di laporkan" jawaban angkuh sang profesor menghantamkan godam
pada kesabaran Shinichi. Memangnya siapa yang menyuruhku?
"Kalau reaksi kapsulnya mulai
menghilang atau kau sekarat, silahkan hubungi aku. Tapi kalau sekarat, mungkin
lebih baik kau telepon ambulans saja" Shinichi dapat mendengar Ai tertawa
lewat hidungnya. Makhluk menyebalkan!
Panggilan berakhir. Namun Shinichi
hanya mendapat waktu 5 menit untuk berkonsentrasi untuk menemukan Ran karena
lagi-lagi pesan singkat masuk ke Hpnya. Dari Mitsuhiko.
Conan! Concert hall keren, banyak
bule di sini. Ada tante bule yang rasanya aku kenal. Terus, Ada paman bertopi
rajut hitam yang ngomong pakai bahasa Inggris. Dia duduk di depanku dan tidur
sampai pertunjukan Beethoven itu hebat! Aku penasaran apa sekarang dia sudah
bangun. Aku juga melihat kakak berkulit hitam yang bicara pakai bahasa Jepang
aneh! Apa dia orang Jepang?
Tak perlu analisis untuk mengetahui
kalau orang berkulit hitam yang dimaksud Mitsuhiko adalah Heiji Hattori dan
logat Osakanya. Dan orang bertopi rajut... Conan menyingkirkan bayangan Shuichi
Akai. Banyak orang yang menggunakan topi rajut. Baru saja Shinichi menutup
HPnya, Hpnya kembali bernyayi. Shinichi baru saja akan menolak telepon ketika
dari layar terpampang nama ibunya. Memberikan kilasan selebaran pencarian ala
koboi "ACCEPT OR DIE!".
"SHINICHIIIIII!"Teriakan
Yukiko dengan cara yang ajaib mengembalikan kewarasan Shinichi. Ada ibu!
Plan B : Aku bisa memanfaatkan ibu untuk menghentikan kencan Ran tanpa harus
menemuinya! Batin Conan berteriak girang.
"Shin
...kresk..krsek..ichi!" suara ibunya terdengar bergemerisik. Gangguan
sinyal? Tapi kalau sekarang ibunya sudah ada di Jepang, gangguan sinyal itu
seharusnya tidak ada. Kecuali... "Maaf, tapi ternyata ibu tidak bisa
sampai di Jepang!"
Batu kegagalan rencana B menjatuhi
Conan. Suara ibunya kini berbalik menghilangkan kewarasannya satu persatu.
"Maaf, semua penerbangan ke Jepang sejak kemarin ditiadakan karena badai!
Ibu sama sekali tidak bisa membantumu. Sekarang, gunakan segala usahamu! Kalau
sampai Ran tidak jadi menantu ibu kau akan...#&*/+0_-x*7! dst" Dan
Shinichi mendengar ancaman yang selalu berhasil membuatnya ketakutan sejak usia
9 tahun. Ancaman yang bahkan harus disensor demi menjaga rating cerita ini.
"Selamat berjuang sayang!"
meski di akhiri dengan pemberian semangat, tetap saja wajah pucat karena
ancaman sang ibu tak lenyap.
Shinichi melihat jam tangannya.
Jarum jam menunjukkan pukul 6 lewat 25 menit. Waktunya tinggal setengah jam
lagi. Dan tiba-tiba makhluk paling tak masuk akal muncul dibenaknya. Dengan
ringannya dia menekan radial.
"Kau tahu dimana Ran akan makan
malam kan? Aku sudah mengecek tempat kami makan malam dulu, tapi sudah penuh
dan tidak ada kursi dipesan atas nama si ketua OSIS ataupun Ran sampai 1 jam ke
depan. Jadi dia ada di-"
"Jangan langsung mengomel
begitu tersambung" nuansa judes di suara Ai tak berkurang, meski matahari
tertutup awan. "Jadi..."
"Apa kau tahu dimana Ran akan
makan malam?"
Ai menjawab dengan cepat "Salah
satu tempat makan di Tropical Land"
"Maksudku nama tempatnya.
Semalam kau ada membicarakannya dengan Ran kan?"
"Oh itu..." mendengarnya
semangat Shinichi meningkat 1 derajat. "Tidak tahu"berkat follow up
yang manis, semangat turun 100 derajat.
"Selain itu apa kau tidak
merasakan apapun belakangan ini?" Shinichi sedikit cemas dengan sesuatu.
"Tidak" singkat, jelas dan
padat. Khas Ai banget.
"Oh begitu. Kelihatannya Aku
dan Ran akan pulang telat. Jadi tutup saja seluruh pintu dan jendela, juga
hati-hatilah pada orang asing"
"Aku bukan anak kecil! Lagipula
bagaimana kau tahu kau dan Ran akan pulang telat. Keberadaannya saja
tidak kau temukan"
"Karena itu, beritahu
aku.." Shinichi merasakan frustasi mulai menggerogoti dirinya. "Aku
tidak tahu kenapa otakku tidak mau bekerjasama sekarang, kemampuan analisaku,
bahkan aku merasa jadi orang paling idiot sekarang"untuk pertama kalinya,
Shinichi menunjukkan sisi lemahnya pada Ai.
"Maaf,Aku benar-benar tidak
tahu Kudo." Suara Ai melemah, nyaris tidak terdengar "Ah, Yoko
akhirnya keluar, Konfrensi pers Yoko Okino sudah dimulai. Paman Kogoro terlihat
histeris. Maaf... tapi aku akan sibuk menonton jadi jangan telepon aku
lagi."
Telepon ditutup tanpa basa-basi.
Tidak ada simpati apalagi empati.
Kau tidak bisa mengharapkan apapun pada makhluk berdarah dingin yang dibesarkan
dalam organisasi hitam. Sebelum Shinichi mendapatkan kata yang tepat untuk
julukan Ai, Sebuah email datang, menjadi cahaya penyelamat bagi laki-laki yang
hari ini dirudung teror dan malang.
Jam 7 tepat. Di 1241 O
Alamat emailnya tersembunyi, tapi
Shinichi mengetahui pasti siapa pengirimnya. Bibirnya tersenyum kecut, orang
itu... dia menatap layar handphone "terima kasih,..."
"JDER! Petir saling bersahutan
menutupi perkataan Shinichi, kilat memberikan latar cahaya pada sosok Lelaki
yang kini berlari dengan sekuat tenaga. Langit Memberinya semangat dengan tetes
hujan yang perlahan turun.
... Pada saat bersamaan disuatu
tempat...
"Dasar bodoh. Apa yang
hati-hati pada orang asing? Kau kira usiaku berapa?" Di sini seorang gadis
remaja berambut merah mematahkan Handphone di tangannya. "Dan bisa-bisanya
dia putus asa. Kudo bodoh" Dasi pengubah suara tergeletak di sampingnya.
"Semua sudah terlambat ya?" senyum tersungging, matanya menerawang
langit-langit. "Shiho Miyano bukan manusia, hanya alat organisasi. Dari
awal aku tidak punya waktu, aku tidak berhak atas kata terlambat"
Mata itu terpejam.
"Aku... lelah..."
Petir kembali menyambar.
..."JDERRR!"...
Dua tubuh tampak bersinar karena
kilat yang bersahutan. "Kak Gin, kakak yakin dia ada di sini?"
Vodka melihat bangunan yang akan rubuh di hadapannya.
"Ya... dia meringkuk di
dalam sana. Menunggu kita untuk ditemukan, untuk dilenyapkan" Gin
mematikan rokoknya.
"Penghianat, aku
datang..."
to
be continued...
~MeWTh~
A/n : Ah, untuk pertama kalinya
MeWTh nulis cerita yang angst tanpa humor... (bahkan L's Requiem /Death
note fanfiction/ aja cinderella ama bleach bisa lalu lalang. Gak angst). ...
(ditulis waktu baca ulang alibi9)
Ok. Saatnya detective corner,mew~
Coba jawab pertanyaan ini
1. Shinichi berlari ke mana dan
karena apa? Ke tempat makan terdekat karena terdesak lapar, ke pemancingan
untuk bakar-bakar ikan dengan Genta, Toilet(kebelet pipis) atau ke tempat
Mitsuhiko untuk ikutan denger konser musik dan menghajar Heiji? (yang pasti
alasannya bukan yang di dalam option,mew~). menemui Ai atau Ran,mew~? Dan
kenapa,mew~?
2. Apa yang akan dikatakan Shinichi
pada Ran? (Jadi kayak lomba kata-kata romantis,mew...trully, MeWThlemah ama
hal2 romantis. So,help mew~)
3. gak kalah pentingnya. Dimana Ran
berada dari 7 option yang ada?
5il4hk4n m3nj4w48,M3W! Wajib jawab
lho, walau hanya satu saja dari 3 pertanyaan wajib diatas. Ngga perlu pake
analisis,Mew~
Clue udah mew sebar ,just find
it,mew~. Pastikan sudah menjawab sebelum membaca Alibi 9. Dan... lihat seberapa
peka sense detektifnya, mew~.
Jangan nyontek jawaban, mew~;)
Selamat beranalisis!
Next, ketika Romance dan Angst berpadu
dalam balutan misteri, ketika tiap detik penantian, harapan dan keputusasaan
bersatu. Satu pilihan akan menyelamatkan satu harapan dan menghancurkan harapan
yang lain.
Its the true place called Edge of
Hope. the longerst page. full of waiting, tears, and hope... also death?
No comments:
Post a Comment